Berita Sukabumi
No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Hukum & Kriminal
  • Ekonomi & Bisnis
  • Politik
  • Pendidikan
  • Jelajah
  • Nasional
  • Sukabumi
  • Ragam
  • Pemerintahan
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Hukum & Kriminal
  • Ekonomi & Bisnis
  • Politik
  • Pendidikan
  • Jelajah
  • Nasional
  • Sukabumi
  • Ragam
  • Pemerintahan
  • Olahraga
No Result
View All Result
Berita Sukabumi
No Result
View All Result
Home Nasional

Info Urban Farming Menurut Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

by admin
Juni 19, 2025
in Nasional
0 0
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mengapa Urban Farming Belum Menjadi Arus Utama di Indonesia?

Urban farming atau pertanian perkotaan merupakan praktik pertanian modern yang dilakukan di wilayah perkotaan dengan memanfaatkan ruang sempit atau terbatas, seperti halaman rumah, atap bangunan, balkon apartemen, dinding vertikal, bahkan area kosong di dalam ruangan. Metode ini menawarkan berbagai teknik inovatif seperti hidroponik, aquaponik, vertikultur, rooftop garden, dan aeroponik. Melalui pendekatan ini, masyarakat urban bisa memproduksi kebutuhan pangannya sendiri, terutama sayuran dan buah-buahan, secara mandiri, sehat, dan berkelanjutan. Di tengah tantangan ketahanan pangan, pertumbuhan populasi, serta krisis iklim yang kian nyata, urban farming seharusnya menjadi strategi penting dalam menjawab persoalan pangan dan lingkungan di kawasan perkotaan.

Namun, kenyataannya, urban farming belum menjadi bagian arus utama di Indonesia. Di tengah potensi besar yang ditawarkannya, urban farming justru masih dipraktikkan secara terbatas dan belum meluas di kalangan masyarakat kota. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai manfaat dan potensi dari kegiatan ini. Banyak warga masih memiliki persepsi bahwa kegiatan bercocok tanam hanya cocok dilakukan di desa, dengan lahan luas dan kondisi alam terbuka. Padahal, dengan teknologi dan metode modern, urban farming bisa dijalankan di ruang sekecil apapun.

BacaJuga

Pengobatan Alat Vital H. Abdul Azis di Bekasi Terbukti Ampuh!!

Pengobatan Alat Vital di Jakarta Pusat HM. Sanusi Terbukti Paten dan Ampuh

Pocari Sweat Run Indonesia 2024 Perkuat Ekosistem Saferunning dengan Dukungan Tiga Kementrian: Kemenparekraf, Dispora dan Kemenkes

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sekitar 57 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat. Meningkatnya populasi di kota membawa konsekuensi terhadap kebutuhan pangan yang tinggi dan tekanan pada distribusi logistik pangan dari desa ke kota. Ironisnya, sekitar 90 persen bahan pangan yang dikonsumsi warga kota masih bergantung pada pasokan dari daerah luar. Hal ini menunjukkan ketergantungan tinggi terhadap sistem distribusi pangan konvensional yang rawan terganggu oleh krisis iklim, kenaikan harga bahan bakar, dan kondisi darurat seperti pandemi. Urban farming seharusnya menjadi salah satu solusi utama untuk mengurangi ketergantungan ini.

Sayangnya, keterbatasan ruang menjadi salah satu hambatan nyata dalam mengembangkan urban farming secara masif di Indonesia. Di kota-kota besar seperti

Jakarta, Surabaya, atau Medan, ruang terbuka semakin langka. Lahan lebih banyak dimanfaatkan untuk permukiman padat, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan infrastruktur transportasi. Masyarakat yang tinggal di rumah petak, apartemen kecil, atau kontrakan sering merasa tidak memiliki kapasitas untuk bercocok tanam karena tidak adanya akses ke lahan terbuka. Sebagian besar warga kota masih menganggap pertanian sebagai aktivitas yang hanya bisa dilakukan di pedesaan, dengan lahan luas dan kondisi alam yang mendukung. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga riset, hanya sekitar 30% masyarakat perkotaan yang mengetahui tentang urban farming dan manfaatnya. Minimnya pemahaman mengenai metode pertanian vertikal atau dalam ruang (indoor farming) juga membuat masyarakat belum memanfaatkan potensi ruang sempit yang tersedia.

Dari sisi ekonomi, urban farming masih dianggap sebagai kegiatan tambahan yang tidak mendatangkan keuntungan finansial secara cepat. Banyak warga kota memiliki prioritas ekonomi yang membuat mereka enggan mengalokasikan waktu dan dana untuk kegiatan yang tidak langsung memberikan penghasilan. Sementara urban farming, terutama di tahap awal, memang lebih menekankan pada aspek ketahanan pangan dan gaya hidup sehat dari pada keuntungan ekonomi instan. Akibatnya, kegiatan ini lebih populer di kalangan masyarakat menengah ke atas yang memiliki waktu luang dan dana lebih. Padahal, jika dikembangkan secara sistematis, urban farming berpotensi menjadi sumber penghasilan tambahan, terutama di tengah mahalnya harga pangan di kota. Sebagai contoh, beberapa komunitas urban farming di Jakarta, petani urban berhasil menjual sayuran organik mereka dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional, menunjukkan bahwa ada pasar yang siap untuk produk urban farming.

Budaya konsumtif yang kuat di masyarakat urban juga menjadi penghambat. Gaya hidup instan, ketergantungan pada makanan siap saji, serta persepsi bahwa membeli lebih mudah daripada memproduksi sendiri, membuat banyak orang enggan mencoba bercocok tanam. Urban farming membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kedisiplinan yang tidak semua orang bersedia menjalaninya, apalagi di tengah ritme hidup kota yang serba cepat. Ditambah lagi, kurangnya representasi urban farming dalam media arus utama membuat praktik ini tidak banyak dijadikan inspirasi atau role model oleh masyarakat luas. Persepsi-persepsi tersebut menyebabkan banyak orang meremehkan kemungkinan bertani di wilayah perkotaan. Sementara itu, urban farming menyimpan banyak potensi positif yang bisa menjadi solusi berbagai permasalahan di perkotaan.

Jika dilihat dari sisi ketahanan pangan, urban farming memungkinkan masyarakat memiliki budidaya sumber pangan mandiri, terutama sayur dan buah segar yang lebih sehat dan bebas pestisida. Meskipun dengan keterbatasan lahan yang ada, urban farming dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar kota. Dari sisi lingkungan, urban farming membantu mengurangi jejak karbon dari distribusi pangan jarak jauh, memperbaiki kualitas udara, dan mengurangi suhu permukaan kota yang meningkat akibat urbanisasi masif.

Selain itu, dari sisi sosial, urban farming dapat memperkuat kohesi komunitas melalui kerja sama dalam pengelolaan kebun bersama, serta memberikan ruang edukatif bagi anak-anak dan generasi muda. Di beberapa kota besar di dunia, seperti Singapura misalnya, sebagai negara dengan keterbatasan lahan ekstrem, berhasil membangun sistem pertanian vertikal dan rooftop farm di berbagai bangunan. Di Jepang, urban farming menjadi bagian dari kurikulum pendidikan dan fasilitas publik. Sementara di Amerika Serikat, kota seperti New York telah mengembangkan ratusan kebun komunitas yang dikelola oleh warga lokal, sekolah, dan organisasi sosial. Keberhasilan mereka didukung oleh kebijakan pemerintah yang progresif, insentif finansial, serta edukasi publik yang masif.

Di Indonesia, geliat urban farming sebenarnya sudah mulai muncul, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Beberapa komunitas seperti Jakarta Berkebun, Kebun Kumara, dan Indonesia Berkebun telah menginisiasi berbagai proyek pertanian kota dan berhasil menciptakan ruang hijau produktif di tengah padatnya beton perkotaan. Namun, skala gerakan ini masih kecil dan belum mampu mengubah persepsi publik secara luas. Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan media massa masih sangat dibutuhkan untuk memperluas dampak dan menjadikan urban farming sebagai gerakan bersama.

Oleh karena itu, untuk mendorong urban farming menjadi bagian penting dari kehidupan kota di Indonesia, diperlukan sejumlah langkah strategis. Dengan meningkatkan kesadaran publik melalui sosialisasi dan edukasi tentang manfaat urban farming sangat penting. Pemerintah dan komunitas lokal dapat menggunakan media sosial, seminar, dan proyek percontohan untuk membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang cara bercocok tanam di kota. Pengetahuan tentang teknik bertani di lahan sempit ini juga harus diakses oleh semua kalangan, termasuk masyarakat dengan penghasilan rendah. Pemerintah daerah bisa menyediakan pelatihan gratis, memberikan subsidi untuk peralatan hidroponik atau vertikultur, serta menyediakan benih gratis kepada masyarakat.

Pengintegrasian urban farming ke dalam perencanaan tata kota juga perlu diprioritaskan. Setiap pengembangan kawasan baru sebaiknya mencakup ruang hijau produktif, baik di atap, balkon, maupun taman vertikal. Regulasi kota harus mendukung pemanfaatan ruang mati menjadi lahan produktif tanpa harus melalui proses perizinan yang rumit. Pemerintah juga dapat menjalin kemitraan dengan pengembang properti untuk menciptakan konsep hunian ramah lingkungan yang mendukung urban farming.

Di sisi pemasaran, dibutuhkan ekosistem yang memudahkan urban farmers menjual produk mereka. Platform digital, aplikasi pemasaran hasil tani, serta sistem langganan sayur segar bisa menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan petani kota. Pemerintah dan swasta bisa bekerja sama menciptakan pasar urban farming mingguan di area publik seperti taman kota atau pusat komunitas.

Pusat-pusat edukasi khusus urban farming juga bisa dibangun di tiap kota besar. Tempat ini bisa menjadi ruang belajar terbuka bagi masyarakat, anak-anak sekolah, dan komunitas untuk mengenal berbagai teknik bertani modern. Workshop, pelatihan, dan kunjungan lapangan bisa menjadi sarana yang menyenangkan sekaligus mendidik.

Menjadikan urban farming sebagai arus utama bukan sekadar soal tren atau gaya hidup, melainkan sebuah kebutuhan strategis dalam membangun kota yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, seperti edukasi publik, dukungan kebijakan, integrasi teknologi, dan penguatan ekosistem pemasaran, urban farming dapat menjadi bagian dari gaya hidup dan ekonomi masyarakat perkotaan. Urban farming juga merupakan sebuah ajakan untuk merebut kembali kendali atas pangan kita, membangun koneksi yang lebih dalam dengan lingkungan, dan menciptakan ruang-ruang hijau di tengah beton yang mendominasi kota. Jika semua pihak mau berkontribusi, dari individu hingga pemerintah, diharapkan suatu saat nanti setiap balkon, atap, dan lorong kota akan dipenuhi dengan hijau daun yang menyejukkan, menandakan bahwa kota juga bisa bertani, dan pangan bisa diproduksi di mana saja.

Sumber:

Nama : Hanaya Alia Rahma Putri

No. Telepon : 0895411755878

Email : hanayaalia@gmail.com

Institusi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas : Sains dan Teknologi

Program Studi : Agribisnis NIM : 12409021010004

Tags: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaUrban Farming
Previous Post

DPRD Kabupaten Sukabumi Gelar Rapat Paripurna ke-21, Ini yang Dibahas!!

Next Post

Bupati Sukabumi Serahkan Huntap Kepada Korban Bencana di Kampung Naringgul Jampangtengah

Next Post
Bupati Sukabumi Serahkan Huntap Kepada Korban Bencana di Kampung Naringgul Jampangtengah

Bupati Sukabumi Serahkan Huntap Kepada Korban Bencana di Kampung Naringgul Jampangtengah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Ini 10 Pondok Pesantren Terfavorit di Sukabumi, Cek Nama dan Lokasinya

    Ini 10 Pondok Pesantren Terfavorit di Sukabumi, Cek Nama dan Lokasinya

  • Pengobatan Alat Vital H. Abdul Azis di Bekasi Terbukti Ampuh!!

  • Zainul Munasichin Sosialisasikan Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Cicurug

  • Cari Pengobatan Alat Vital yang Ampuh di Sukabumi, H. Abdul Azis Sang Legendaris Asal Cisolok Solusinya

  • BPKN Tinjau Pabrik AQUA Mekarsari, Pastikan Transparansi Sumber Air dan Pengelolaan Sesuai Regulasi

Berita Sukabumi

© 2022 | Beritasukabumi.id

  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Hukum & Kriminal
  • Ekonomi & Bisnis
  • Politik
  • Pendidikan
  • Jelajah
  • Nasional
  • Sukabumi
  • Ragam
  • Pemerintahan
  • Olahraga

© 2022 | Beritasukabumi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In