BERITASUKABUMI.ID – Puluhan pelajar yang sedang berkumpul di depan Kantor Kecamatan Cicurug diamankan warga setempat. Pasalnya para pelajar tersebut diduga akan melakukan aksi tawuran.
Diketahui, para pelajar yang berseragam biru putih itu berasal dari sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Ketua PGRI Kecamatan Cicurug Sekaligus Ketua Satgas Tawuran, Ridwan Rustandi mengatakan, bahwa pihaknya telah mengamankan gabungan beberapa pelajar SMP yang hendak melakukan aksi tawuran di wilayah Kecamatan Cicurug.
“Iya, kebetulan saya saat itu sedang bersama Camat Cicurug, mendapat laporan bahwa adanya sekelompok pelajar yang diamankan warga diduga hendak melakukan aksi tawuran,” ujarnya kepada beritasukabumi.id.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, bahwa puluhan pelajar SMP yang diamankan warga itu berasal dari wilayah Nagrak dan Cicurug, bahkan ada satu orang remaja yang sudah di Drop Out (DO) dari sekolahannya.
“Ada 22 orang pelajar yang berasal dari SMP di wilayah Nagrak, 2 orang pelajar dari salah satu Mts di wilayah Cicurug, 1 orang pelajar dari SMP di wilayah Cicurug serta 1 orang merupakan pelajar yang sudah dikeluarkan dari sekolah,” kata dia.
“Ternyata mereka sudah komunikasi dan janjian melalui WhatsApp maupun IG dan ini memang sudah mempunyai jaringan terorganisir dengan baik,” tambahnya.
Ridwan menyebut, bahwa ada salah seorang pelajar yang menggunakan atribut sekolah lain, padahal ia sekolah di SMP yang berada di wilayah Nagrak, setelah ditanyakan bahwa seragam itu adalah pemberian dari rekannya.
“Hal inilah yang cukup mengkhawatirkan ketika memakai atribut sekolah lain digunakan untuk melakukan aksi tawuran,” jelasnya.
Menurutnya, bahwa ketika ditanya pelajar tersebut mengenai jaringan komunikasi, yaitu mereka berkomunikasi menggunakan Instagram (IG) maupun WhatsApp group.
“Iya, ini semua berawal dari dunia maya, yang memanfaatkan komunikasi lewat IG maupun WhatsApp, tidak mungkin mengumpulkan orang segitu banyak dari beberapa sekolah kalau tidak melalui group,” bebernya.
Dengan adanya kejadian seperti ini dirinya selaku Ketua PGRI Kecamatan Cicurug akan menjadikan pelajaran bagaimana dunia pendidikan dan para pelajar kedepannya supaya tidak terkontaminasi oleh hal negatif.
“Saya berharap bahwa kedepannya anak-anak ini bisa menjadi anak yang berkualitas dan berakhlakul karimah, bukan pintar tapi tidak berakhlak atau pintar tidak bermoral, tetapi yang saya harapkan bahwa anak-anak ini pintar, pandai, berakhlak dan bermoral. Nah sehingga tawuran- tawuran ini bisa dihindari, ” tegasnya.
“Kenapa tawuran-tawuran seperti ini bisa terjadi, mungkin salah satu penyebabnya adalah adanya sistem yang berbeda, mengingat sistem pendidikan yang sekarang dan dulu itu berbeda,” tuturnya.
“Sekarangkan sudah menuju kerah liberalis, yang artinya mereka punya kesempatan kebebasan, sehingga kebebasan ini mereka gunakan untuk kebebasan ke arah yang negatif,” kata dia.
Sekarang ini pemerintah telah mengulirkan program sekolah ramah anak baik dari tingkat TK maupun PAUD bahkan sampai ke tingkat SMA.
“Program ini adalah fungsinya untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan yang memang anak melanggar aturan di sekolah, dimana kalau anak sudah di luar sekolah itu sudah di luar kendali guru, sehingga ini perlu adanya pengawasan dari pihak orang tua juga,” ungkapnya.
Karena sekarang ini adanya keterbatasan guru dalam mendidik para pelajar, sehingga menjadi polemik bagi guru. “Banyak guru yang dilaporkan orang tua murid gara-gara memberikan hukuman atau didikan terhadap anak, mungkin ini karena adanya Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Perlindungan Anak,” pungkasnya.
Dari hasil pantauan, kini ke 26 orang pelajar SMP tersebut diamankan di Polsek Cicurug guna untuk dilakukan pembinaan.
Reporter: Usep Suherman
Redaktur: Herwanto